Jumat, 17 Juli 2009

Yuliani IX-2 :
Akan lebih rame jika perpisahannya lebih mantap. Kemarin juga seru sich, tapi karena persiapan yang kurang matang. And then, k’lw bisa perpisahan selanjutnya diadakannya di school aja biar bisa dinikmati banyak orang, khususnya anak-anak MTsN sendiri. Kesannya juga beda jika dilaksanain di gedung ama di sekolah, intinya sich persiapan karena apapun itu, “PERSIAPAN TIDAK AKAN SIAP KALAU TIDAK DISIAPKAN.”

Rifa IX-1 :
Perpisahan di gedung waktu itu biasa-biasa ajach! Banyak juga kelas IX tidak selesai menonton. Kurang mengesankan.

Irfan IX-1 dan Yohan IX-4 :
Moment perpisahan di gedung itu banyak inovasi dan inspirasinya gitu bagi yang menyaksikan, and di gedung itu lebih aman dari pada di school, so…..karena gak ada yang berantem di jaga oleh polisi. Happy, kesan kakak selama belajar 3 tahun menyenangkan, terimakasih pada guru-guru yang sudah banyak membimbing, pesan kakak ni untuk organisasi ditingkatkan, gak cuma Pramuka, PMR juga dll. Kedisiplinan apa lagi contoh kecilnya dalam belajar ada yang ikut ada yg gak. Buat siswa/i yang lainnya lebih ditingkatkan belajar mencapai yang lebih baik.

Perpisahan & PMB (Penerimaan Murid Baru)

Hai sobat Basik, sudah tahu kan tradisi tahunan kita tiap akhir tahun ajaran? Yap betyull!! Perpisahan kelas IX.
Perpisahan kelas IX tahun ini diadain di Gedung Hikmat, bukan di sekolah kayak tahun lalu. Lagipula katanya persiapannya mepet banget. Gak tahu kenapa tuh …?? Padahal kan kalo persiapannya lebih mateng, bisa lebih seruuu. Tapi gak apa-apa, perpisahan kemarin juga gak kalah seru kok, meskipun gak semua anak kelas VII dan VIII dapat menyaksikan perhelatan ini.
Katanya, sebelum acara digelar, sempet ada isu tentang pelarangan acara perpisahan yang rame-rame (karena sebentar lagi musim kampanye pilpres, kali yee!). Wajar aja bila Drs. Jajang Jauhari sebagai ketua panitia sempat kelimpungan cari kepastian berita dan konfirmasi ke kepolisian. Alhamdulillah semuanya bisa diselesaikan.
Perpisahan memang selalu menyisakan kesedihan apalagi pas saat upacara adat berlangsung. Hik..hik… sediiih, banget. Perwakilan kelas IX sungkem ke Bapak dan ibu Ishak sebagai kepala madrasah. Tapi sesudah acara itu usai kegembiraanpun dimulai.
Atraksi kesenian ! Ada band, ada drama (ssst … pustakawan siswa jadi aktor dan aktris dadakan, nih … hihi …) ada calung, tak lupa para guru yang menyumbangkan suara emasnya, merduuu sekali kayak burung bulbul hihi … Ada bu Yani, pak Ahmad Solih, pak Nurkholis dan … tentu saja Pak Ajang Sopandi yang imut-imut dan bodor abisss…
Selain itu, Basik juga menurunkan reporter Amin dan Gugun buat meliput penerimaan siswa baru. Mereka berdua berhasil mewawancarai Pak Tohirin, S.PdI selaku ketua panitia. Menurut Pak Tohirin, PSB yang dimulai 1 – 9 Juli ini menghasilkan 517 orang siswa yang akan diseleksi. Memang, untuk dterima di MTs kita ini, tidak hanya mengandalkan Nem saja tetapi juga harus lulus testing yang terdiri dari soal umum dan agama, juga praktik BTQ. Iya dunk … kan siswa MTs musti bisa baca Qur’an dengan baik.
Hasil testing diumumkan tanggal 13 Juli 2009. Sedih juga melihat adik-adik yang tidak lulus. Tapi gimana lagi, memang gak bisa ditampung semua. Berarti ada kurang lebih 200 siswa yang tidak diterima. Ya, mudah-mudahan dapat sekolah lain yang baik untuk mereka. Amiin
Nah, bicara soal biaya, panitia tidak bisa menentukannya sekarang, karena harus dirapatkan dulu dengan lembaga sekolah dan komite, begitu…!
Sekarang kita bicarain MOS yuukk! MOS adalah Masa Orientasi Sekolah. Biasanya saat itu para siswa yang baru lulus itu diberi bimbingan tentang segala macam, seperti budi pekerti, bela negara, pramuka, pengenalan perpustakaan, pengenalan PMR dsb.
Tapi gak ada tuh orientasi yang mengandung kekerasan, semuanya dilaksanakan dalam keadaan gembira dan menyenangkan. Dengerin aja, dari tiap kelas pasti terdengar sorak sorai dan nyanyi-nyanyi, tepuk tangan, YES ! YES! Gitu…. Meski kadang-kadang rada-rada sumbang hehe ..
Yang pasti tradisi tahunan MTSN Garut tak pernah alpa dilaksanakan, meski kadarnya beda-beda tiap tahun.
Segitu aja info utama kita kali ini. Ada yang mau nambah ???
NANDANG MAFTUH,S.Ag

Pak Nandang!! Itulah sapaannya. Beliau yg menjabat sebagai kepala TU ini sudah 25 tahun sejak tahun 1984-2009 berkarier di MTsN GARUT yang sebelumnya sempat berkarier di MTsN Cimalaya Karawang pada tahun 1984-1987. Tentunya Ayah dari Oki Wildan F (UPI), Eki Fauzi F (SMPN 1 GARUT) & Diki Rizki Maulana (TK) ini memiliki segudang pengalaman. Apa saja pak?? Selama di MTsN ini diantaranya:
. Karyawan staf pelaksana tahun 1989- 2000
2. Bendahara MTsN Garut tahun 2000-2008
3. Kepala TU tahun 2008-sekarang
Tentu kesuksesannya tak lepas dari dukungan dan do’a dari istri dan anak tercinta terutama orang tua.
Bapak yang humoris ini tidak pernah absen datang ke sekolah. Tentu beliau menjadi panutan bagi karyawan TU. Bahkan bila ada karyawan TU yang baru beliau tidak merasa kesulitan dalam membimbingnya, karena sudah diberi job/ pekerjaan masing-masing tinggal mengarahkan.
Laki-laki kelahiran Garut 15 Desember 1961 ini ingin memenuhi keinginan yang belum tercapai, yakni
1. MTsN ini berkembang pesat
2. Siswa-siswi yang berprestasi
3. Para guru mengajar di bidang study masing-masing
4. Guru dan karyawan peduli terhadap MTsN& anak didik
Harapan beliau bagi MTsN ini ke depan, ingin menjadikan MTsN Garut, sebagai unggulan SBI (amiiiin) dan lokasi yang nyaman & strategis.
Bapak beranak 3 ini memiliki hobi membereskan rumah, membantu istri, membaca, nonton TV dan yang patut di acungi jempol adalah beliau membimbing orang-orang yang bekerja di “home industri” (waw…keren). Suami dari Nyai Suhara yang juga guru IPS ini diam-diam mengidolakan sosok mendiang ayahnya. Di mata beliau, ayahnya begitu sabar dalam membimbing anaknya.
Beliau yang berpegang teguh pada motto hidup “JANGAN MENANGGUHKAN PEKERJAAN HARI INI UNTUK HARI BESOK” berpesan kepada seluruh siswa MTsN Garut supaya rajin belajar. Akhirnya beliau menutup pembicaraannya dan jika ada yang ingin lebih kenal lagi kepada pak Nandang Maftuh S.Ag datang langsung ke ruang TU (tahu donk) atau kediamannya di Kp. Balong Pasantren RT/RW 04/05 Ds. Suci. Tenang….gratis kok!!!
(reporter Nisa dan Risa 9.7

MANAJEMEN BERGAUL DALAM ISLAM

(Bangga Menjadi Muslim Sejati)
Oleh : Dra. Ani Rostiani

Perkembangan teknologi telah mendorong derasnya aliran globalisasi ke negeri-negeri Muslim. Aneka produk, tsaqafah ilmu pengetahuan, kebudayaan dan gaya hidup masuk ke tengah-tengah kehidupan kita tanpa halangan, tak terkecuali di kalangan remaja. Sarananya banyak sekali, bisa lewat media cetak, televisi, radio dan yang paling canggih via internet. Walhasil, dunia kita seakan tanpa batas. Pola pikir, budaya dan gaya hidup di berbagai belahan bumi hampir-hampir serupa, bedanya cuma sedikit sekali!
Apa yang ada di suatu negeri, dapat dengan mudah kita temukan di negeri lain. Produk makanan, fashion, pesta-pesta kostum yang dulu hanya ada di belahan bumi bagian Barat macam Amerika, kini sudah melanda Jakarta. Valentine’s Day, pesta tahun baru, pacaran, hingga ngedrugs. Naudzubillah ...
Lantas cara berpakaian para selebritis tingkat dunia, dengan entengnya dapat kita saksikan pula dipakai oleh remaja kita. Alasannya takut dibilang ketinggalan zaman kalau gak ikut bergaya seperti mereka. Walhasil, antara Muslim dan non-muslim kini sulit dibedakan kecuali dari KTP-nya. Baik dari segi penampilan fisik, pola pikir, maupun perilakunya, enggak beda dengan non-muslim. Padahal, segala sesuatu yang global itu kebanyakan tidak Islami. Menyedihkan memang.
Pertanyaannya adalah : mengapa hal itu bisa terjadi?

Kebiasaan Meniru
Tidak usah jauh-jauh menyalahkan orang kafir – yang memang dari dulunya bakal terus berjuang menyesatkan umat Islam – kebodohan dan ketidakpahaman kaum muslimin terhadap ajaran agamanya sendirilah yang menjadi salah satu penyebab kenapa mereka mudah sekali terbawa arus gaya hidup yang tidak Islami. Muslim sih muslim, tapi tahunya cuma sholat, zakat, puasa dan haji. Hukum-hukum lain yang terkait dengan amaliyah sehari-hari tidak begitu dipahami. Misalnya, bagaimana adab dalam bergaul antara laki-laki dan perempuan, aturan tentang berpakaian, hubungan anak dengan ortu, kewajiban sebagai remaja, dll. Kelak, jangan kaget kalau mereka pada gak tahu kalau ternyata mereka sudah melanggar larangan Allah swt dan meninggalkan perintahNya. Termasuk banyak yang tidak “ngeh” kalau selama ini sudah terjerumus melakukan tasyabuh.
Tasyabuh artinya meniru, mencontoh, mengikuti atau mengaitkan diri kepada suatu kaum. Contohnya ikut-ikutan merayakan Halloween, Valentine’s Day dlsb.
Al-Qur’an maupun As-Sunnah secara syariat melarang tasyabuh dalam segala bentuk dan sifatnya, baik masalah ibadah, budaya, maupun tingkah laku, lihat QS. An-Nisa 115.

Siluet Senja

Yuliani / 9.2 – Juara 1 Menulis Cerpen Islami
BGMKP 2008

“Ibu, apa ibu mau aku buatkan teh hangat?”
“Tidak.”
“Ibu mau makan?”
“Tidak, Nduk. Ibu hanya ingin menunggu bapakmu.”
“ …”
Itulah beberapa percakapan singkat kami malam ini. Ibu selalu menjawab itu setiap kali aku Tanya. Aku lebih baik diam dan membiarkan ibu berdiam diri dengan semua kenangannya. Entah kenapa, semenjak kematian bapak, ibu lebih sering berdiam diri. Pernah suatu ketika, aat itu ibu tertidur lelap, beliau terus memanggil nama bapak dan menangis. Kasihan ibu …
Setelah kematian bapak, kehidupan kami berbalik bahkan berputar seratus delapan puluh derajat. Jika dulu ada kehangatan dalam canda tawa, kini hanya ada kesepian dalam prahara jiwa. Jika dulu ada bangga dalam rasa, kini hanya ada luka dalam dada. Meninggalkan rintih dalam pedih, pilu …
Malam semakin mencekam. Lewat cahaya rembulan yang merona pucat pasi, binatang malam menemani dinginnya dunia dalam sepinya alam, angin berhembus, sepi. Hanya itu teman sejati ibu untuk menjemput hari esok yang masih sama.
***
Sang mentari duduk indah dalam kursi singgasananya. Titik-titik embun menetes pasrah meninggalkan kisah lalu untuk kembali menulis kisah hari ini. Kicauan burung menambah cerahnya dunia dalam indahnya alam.
Aku bergegas menyiapkan semua hal untuk hari ini, setelah sholat shubuh selesai kulakukan. Mulai dari jadwal pelajaran, makanan hingga koran yang siap aku jajakan.
“Ibu, ini makanan untuk ibu sudah aku siapkan. Ibu jangan lupa memaknnya. Aku tidak mau ibu sakit. Yudi berangkat dulu ya,Bu? Assalamu’alaikum ….”
“Wa’alaikum salam warahmatullah …”
***
Sepulang sekolah, aku terbiasa menjajakan Koran. Mulai dari pemberhentian jalan hingga mendatangi para pelanggan. Tak ada yang istimewa hanya untuk meringankan beban ibu.
Tapi, siang ini matahari terasa panas menyengat tubuh meninggalkan titik-titik keringat dalam bajuku hingga kuputuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, aku melihat ibu duduk di kursi rodanya sembari melihat keluar. Tatapannya kosong, hampa tak berarti apa-apa. Tak terasa, butiran hangat membanjiri pipiku.
“Assalmu’alaikum …”
“Wa’alaikum salam …”
Hanya itu jawaban itu, sangat singkat. Kemudian beliaupun kembali pada lamunannya yang sempat terusik oleh kehadiranku.
Seusai sholat asar, aku menemui ibu sambil membawa teh hangat kesukaannya.
“Nduk, ibu mau bertemu dengan bapak Ibu rindu bapak..”
Deg! Ucapan itu menembak jantungku. Perih, tak sanggup menahan semua ini.
“Ibu, Ibu mau makan lagi?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“Tidak, Nduk. Ibu ingin bertemu bapak…”
Ya Allah, kuatkanlah aku …. Aku tak sanggup menerima semua cobaan ini. Perlahan aku meletakkan the itu dan bersimpuh di hadapan ibu. Akupun mencium tangan ibu. Tetapi aku merasakan ada hal ganjil dalam tatapan ibu. Pertanda apakah ini, Ya Allah ??? Aku mengangkat wajahku. Oh Ya Allah … wajah itu, wajah penuh kedamaian dengan senyuman tersungging membingkai bibir.
Ibu, wanita yang selama ini setia menemaniku kini telah pergi, melayang damai menjemput asa menggapai cita untuk bertemu bapak.
“Ibu, kini ibu bias bertemu dengan bapak yang menjadi impian ibu selama ini. Semoga ibu bahagia …”
Aku tak kuasa lagi, luka, pilu, perih, tak berdaya. Tapi harus kuakui bahwa setiap yang bernyawa akan mengalami kematian, siapapun, dimanapun dan kapanpun itu. Satu do’aku, semoga Allah swt mengampuni semua dosa kedua orangtuaku dan menempatkan mereka di tempat terbaik di sisiNya. Amiiin …

****Selesai***

SAPI DI MADURA

Teman, sudah pernah melihat sapi berlomba yang ada di Madura belum? Kalau di Madura sich sudah biasa, karena sapi-sapi yang ada disana juga bukan sembarangan sapi. Lihat saja badannya gemuk+sehat, juga dimandikannya setiap hari dan diberi makan 50 telur ayam/bebek setiap hari (wah…benar-benar kuat yach). Hal ini sengaja di lakukan untuk kegiatan karapan.
Dahulu kurang lebih sejak I M, Pangeran Katandur telah mengajak orang-orang untuk lebih mencintai sapi. Karena seluruh tanah yang ada di Madura waktu itu tandus semua, sampai tak ada orang yang dapat mencangkulnya. Akhirnya sapi-sapi Madura yang berusaha membantu. Setelah berakhir, warga dapat berpanen segala jenis tumbuhan.
Dan sapipun dinobatkan sebagai hewan keramat di Madura, juga sebagai rasa untuk mengenang sapi, selalu diadakan lomba menunggang sapi. Bahkan pernah mendapatkan juara lho….hebat bukan???
Oleh: Nisa f n (8-8)