Jumat, 17 Juli 2009

MANAJEMEN BERGAUL DALAM ISLAM

(Bangga Menjadi Muslim Sejati)
Oleh : Dra. Ani Rostiani

Perkembangan teknologi telah mendorong derasnya aliran globalisasi ke negeri-negeri Muslim. Aneka produk, tsaqafah ilmu pengetahuan, kebudayaan dan gaya hidup masuk ke tengah-tengah kehidupan kita tanpa halangan, tak terkecuali di kalangan remaja. Sarananya banyak sekali, bisa lewat media cetak, televisi, radio dan yang paling canggih via internet. Walhasil, dunia kita seakan tanpa batas. Pola pikir, budaya dan gaya hidup di berbagai belahan bumi hampir-hampir serupa, bedanya cuma sedikit sekali!
Apa yang ada di suatu negeri, dapat dengan mudah kita temukan di negeri lain. Produk makanan, fashion, pesta-pesta kostum yang dulu hanya ada di belahan bumi bagian Barat macam Amerika, kini sudah melanda Jakarta. Valentine’s Day, pesta tahun baru, pacaran, hingga ngedrugs. Naudzubillah ...
Lantas cara berpakaian para selebritis tingkat dunia, dengan entengnya dapat kita saksikan pula dipakai oleh remaja kita. Alasannya takut dibilang ketinggalan zaman kalau gak ikut bergaya seperti mereka. Walhasil, antara Muslim dan non-muslim kini sulit dibedakan kecuali dari KTP-nya. Baik dari segi penampilan fisik, pola pikir, maupun perilakunya, enggak beda dengan non-muslim. Padahal, segala sesuatu yang global itu kebanyakan tidak Islami. Menyedihkan memang.
Pertanyaannya adalah : mengapa hal itu bisa terjadi?

Kebiasaan Meniru
Tidak usah jauh-jauh menyalahkan orang kafir – yang memang dari dulunya bakal terus berjuang menyesatkan umat Islam – kebodohan dan ketidakpahaman kaum muslimin terhadap ajaran agamanya sendirilah yang menjadi salah satu penyebab kenapa mereka mudah sekali terbawa arus gaya hidup yang tidak Islami. Muslim sih muslim, tapi tahunya cuma sholat, zakat, puasa dan haji. Hukum-hukum lain yang terkait dengan amaliyah sehari-hari tidak begitu dipahami. Misalnya, bagaimana adab dalam bergaul antara laki-laki dan perempuan, aturan tentang berpakaian, hubungan anak dengan ortu, kewajiban sebagai remaja, dll. Kelak, jangan kaget kalau mereka pada gak tahu kalau ternyata mereka sudah melanggar larangan Allah swt dan meninggalkan perintahNya. Termasuk banyak yang tidak “ngeh” kalau selama ini sudah terjerumus melakukan tasyabuh.
Tasyabuh artinya meniru, mencontoh, mengikuti atau mengaitkan diri kepada suatu kaum. Contohnya ikut-ikutan merayakan Halloween, Valentine’s Day dlsb.
Al-Qur’an maupun As-Sunnah secara syariat melarang tasyabuh dalam segala bentuk dan sifatnya, baik masalah ibadah, budaya, maupun tingkah laku, lihat QS. An-Nisa 115.

0 komentar:

Posting Komentar